3 Macam Jumrah yang Harus Dilempar oleh Jama’ah Haji


Menunaikan ibadah haji merupakan rukun Islam urutan kelima. Ibadah ini dilakukan dengan mengunjungi Baitullah. Ada banyak amalan yang harus dilakukan oleh para jama’ah haji. Salah satunya adalah melempar jumroh.

Melempar jumrah merupakan amalan yang wajib dilakukan untuk memenuhi perintah Allah SWT dan mengikuti sunnah nabi Muhammad SAW. Ada 3 macam jumrah yang harus dilempar oleh jama’ah haji. Penjelasan terkait melempar jumrah akan dipaparkan dalam artikel ini.

Apa itu jumrah?

Melempar atau melontar jumrah adalah salah satu rangkaian dari rukun haji yang menunjukkan bentuk simbolik dari perlawanan dan permusuhan manusia kepada setan. Aktivitas jama’ah haji yang lemparkan tiang dalam jumrah dengan batu merupakan simbol kemarahan dan penghinaan manusia kepada setan.

Diijelaskan dalam Arrazi Ibrahim, Kata “jumrah” dalam bahasa Arab maknanya adalah batu kerikil kecil. Batu untuk melempar jumrah bisa dicari di Muzdalifah agar siap untuk melempat jumrah ketika tiba di Mina.

Seberapa besar ukuran batu untuk melempar jumrah?

Ukuran batu untuk melempar jumrah telah ditentukan dalam hadits-hadits Nabi Muhammad SAW. Ukurannya yaitu tidak lebih besar dari batu ketapel dan tidak lebih kecil dari dari biji kacang hijau. Dalil mengenai ukuran jumrah yang digunakan yaitu:

Riwayat dari Jabir, “Aku pernah melihat Rasulullah SAW melempar jumrah dengan batu kecil (kerikil)” (HR. Tirmidzi).

Selain itu, ukuran jumrah juga dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan Abu Daud: Rasulullah SAW bersabda, “Wahai umat manusia, janganlah kalian saling menyakiti satu sama lain. Jika kalian melemparkan jumrah, gunakanlah batu yang kecil” (HR. Abu Daud).

Ukuran batu jumrah tidak boleh besar karena agar tidak menyakiti orang lain apabila lemparannya meleset, alasan lainnya adalah agar tidak terjadi praktik ghuluw (berlebih-lebihan) dalam menjalankan ajaran agama.

Hal tersebut dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas:Rasulullahbersabda, “Tolong cari batu untukku!” Aku langsung bergegas mencari batu-batu kecil (kerikil) untuk beliau. Saat itu aku meletakkan batu-batu itu di tangannya, beliau bersabda, ‘sebesar inilah (batu untuk melempar jumrah). Hindarilah sikap berlebih-lebihan (ghuluw) dalam beragama. Sesungguhnya kehancuran umat sebelum kalian ialah karena sikap berlebih-lebihan dalam beragama”, dikutip dari HR. Ahmad dan An-Nasa’i.

Batu yang digunakan untuk melempar jumrah harus benar-benar suci dan tidak boleh menggunakan selain batu, misalnya besi, kayu, kaca, emas, dan sejenisnya.

Berapa jumlah batu jumrah yang dilemparkan?

Para jama’ah haji akan melempar jumrah dengan jumlah batu sesuai dengan jumlah bermalam di Mina, misalnya jika bermalam di Mina selama 3 hari atau mengambil nafar tsani, jumlah batu yang disiapkan yaitu 70 butir.

Namun, bila bermalam di Mina selama 2 hari atau mengambil nafar awal, jumlah batu yang perlu disiapkan yaitu 49 butir.

Apa saja jenis jumrah yang harus dilempar oleh jama’ah haji?

Ada 3 macam jumrah yang harus dilempar oleh jama’ah haji yaitu jumrah Aqobah (terakhir), Ula (pertama), dan Wustho (tengah). Pembagian jumrah yang dilempar pada jumrah Aqobah, Ula, dan Wusho yaitu:

  • Sebanyak 7 batu digunakan untuk melempar jumrah Aqobah yang dilakukan pada hari ke 10 Dzulhijjah.
  • Sebanyak 21 batu dilontarkan pada hari ke 11 Dzulhijjah dengan melontarkan jumrah Aqobah, Ula, dan Wustha yang masing-masing sebanyak 7 batu kerikil.
  • Pada hari ke 12 Dzulhijjah dilemparkan 21 batu kepada tiga tempat jumrah (jumrah Aqobah, jumrah Ula, dan jumrah Wustha) yang masing-masing sebanyak 7 batu kerikil.

Berdasarkan Imam Ghazali dalam kitab Ihya ‘Ulum al-Din dalam melempar batu untuk setiap jumrah disunnahkan untuk membaca do’a berikut ini:

Bismillaahi wallahu akbar, raiman lisysyayaathiini wa ridhan lirrahmaani allahummaj’al hajjan mabruuran wa sa’yan masykuuran.

Artinya adalah: Dengan menyebut nama Allah, Allah Maha Besar. Laknat bagi setan dan keridhaan bagi Allah yang Maha Kasih, Ya Allah, jadikanlah hajiku ini diterima dan sa’iku ini disyukuri.

Setelah melempar serangkaian jumrah, dianjurkan untuk membaca do’a berikut ini :

الْحَمْدُ لَِّلهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ اللَّهُمَّ لَا أُحْصِى ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ. اللَّهُمَّ إِلَيْكَ أَفَضْتَ وَمِنْ عَذَابِكَ أَشْفَقْتُ َوإِلَيْكَ رَغِبْتُ وَمِنْكَ رَهِبْتَ فَاقْبِلْ نُسُكِي وَأَعْظِمْ أَجْرِي وَارْحِمْ تَضَرُّعِي وَاقْبَلْ تَوْبَتِي وَأَِقلَّ عَثَرَتِي وَاسْتَجِبْ تَوْبَتِي وَأَعْطِنِي سُؤْلِى. اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ حَجًّا مَبْرُورًا وَسَعْيًا مَشْكُورًا

“Alhamdu lillaahi hamdan kastiiran thayyiban mubaarakan fiih. Allahumma laa uhshii tsanaa’an ‘alaika arta kamaa atsnaita ‘alaa nafsika. Allahumma ilaika afadhtu wa min ‘adzaabika asyfaqtu wa aqilla ‘atsaratii wastajib da’watii wa a’thinii su’lii. Allahummaj’alhu hajjan mabruuran wa sa’yan masykuuran”

Yang artinya adalah; Segala puji bagi Allah, pujian yang banyak lagi baik dan membawa berkah di dalamnya. Ya Allah, sekali-kali kami tidak mampu mencakup segala macam pujian untuk-Mu, sesuai pujian-Mu atas diri-Mu. Ya Allah, hanya kepada-Mu aku berserah, dari siksa-Mu aku memohon belas kasihan, dan kepada-Mu aku berharap dan aku takut, terimalah ibadahku, perbesarlah pahalaku, kasihanilah kerendahan hatiku, terimalah taubatku, perkecillah kekeliruanku, perkenankanlah permohonanku dan berikanlah permintaanku. Ya Allah, kabulkanlah, terimalah persembahan kami ini dan janganlah kami dijadikan orang-orang yang berdosa, tetapi masukkanlah kami dalam hamba-Mu yang saleh. wahai Tuhan Yang Paling Pengasih. Ya Allah, Tuhanku, jadikanlah hajiku ini haji yang mabrur dan sa’iku ini sebagai sa’i yang diterima.

Itulah informasi terkait 3 macam jumrah yang harus dilempar oleh jama’ah haji, semoga kamu dapat segera memiliki uang yang cukup untuk bisa membayar Haji Plus. Sehingga waktu untuk berangkat haji ke makkah bisa lebih cepat.