Ragam jenis hasil hutan


Jika ditanya mengenai apa saja produk hasil hutan, maka kebanyakan orang hanya akan menjawabnya dengan kayu, padahal jenisnya ada banyak sekali, mulai dari berupa flora hingga fauna. Penasaran apa saja dan bagaimana penjelasannya? Berikut akan disebutkan ragam jenisnya:

Kayu

Hutan merupakan sekumpulan pepohonan besar dalam lahan yang luas. Pepohonan ini berasal dari berbagai jenis, ada sengon, /mahoni, jati, ulin, alba, meranti, rotan, damar, bambu, kapur barus, dan masih banyak lagi. Pohon-pohon ini, rata-rata membutuhkan waktu puluhan tahun untuk dapat ditebang dengan hasil maksimal.

Jenis kayu-kayu diatas, cocok digunakan untuk bahan bangunan, meubel, ukiran, dan lain sebagainya sehingga tidak mengherankan peminatnya selalu tinggi. Sayangnya, minat ini terkadang tidak disikapi secara bijak oleh para produsen kayu, akhirnya banyak muncul kasus penebangan liar tanpa bertanggung jawab.

Getah pohon

Produk hutan kedua yakni getah pohon yang bisa ditemukan pada beberapa jenis pohon, misalnya getah pohon karet yang menjadi bahan baku pembuatan karet. Misalnya saja di wilayah Sumatera, sebagian besar warga banyak yang bekerja menjadi pencari getah demi memenuhi kebutuhan hidupnya.

Tanaman obat-obatan

Hutan juga merupakan sebuah lahan yang amat potensial menumbuhkan berbagai jenis pohon yang tidak mudah / tidak ada di alam pemukiman bebas. Oleh karenanya, hutan juga dikenal memiliki banyak tumbuhan tersembunyi dengan khasiat mujarab menyembuhkan penyakit manusia.

Hewan buruan

Terakhir tentu saja hewan buruan nan lezat dikonsumsi. Hewan buruan ini misalnya ayam hutan, kijang, babi, dan lain-lainnya. pada masa dahulu, Perburuan seperti ini dilakukan untuk diambil dagingnya dan dimakan secara beramai-ramai. Namun, saat ini banyak golongan manusia memburu hewan-hewan untuk diambil kulit, tanduk, atau organ-organ lain yang bernilai ekonomis mahal.

Hal ini menyebabkan banyak hewan punah dan akhirnya menjadi langka. Padahal, pada satu sisi, fauna tersebut merupakan kekayaan ekologis Indonesia yang tidak bisa ditemukan di tempat lain. kurangnya pengawasan pihak yang bertanggung jawab atas hasil hutan,  menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem hutan terus berlangsung.